Banyak hal yang bisa menjatuhkan kita. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkan kita adalah sikap kita sendiri.

Senin, 07 Mei 2012

Jalan-Jalan Pagi Imajiner di seputar Sriwijaya - Brawijaya - Sukabumi

Sama sekali tak terbayang, kalau nantinya aku bakalan lama terdampar di Sumatera, dan sepertinya kesempatan untuk mudikpun harus di audit ber-ulang kali, demi melihat kondisi macetnya jalan menuju Sukabumi tercintaku..

Sukabumi dalam ingatanku tidaklah banyak, kusebut tak banyak, karena jujur saja aku agak kesulitan untuk merangkai memory thinkingku kembali, jadi?
Aku akan memulainya dari yang terdekat dahulu, kemana?
Kita ke SD Brawijaya dulu…
SD dimana dahulu aku bersekolah.

Yang pertama,  jelas aku mau menyebut sebuah nama yang ruarr biasa telah membuat aku jatuh cinta, yaitu CIWANG, ehmmm ..beradu, berpelukan dengan sambal kacang uenaak tenan. Ciwang itu singkatan Aci jeung Bawang.
Makanan ini sebenarnya tak baik jika dikonsumsi pagi hari, dan biasanya sebelum lonceng di tabuh pak Haris yang bertubuh jangkung, gerombolan bocah tanpa seragam dan hanya bersendal jepit kesekolah itu telah berkerumun diseputar warung bibik istri penjaga sekolah, sepotong-dua potong CIWANG sebagai tambahan sarapan jadilah.., cukup memacu stamina belajar.
(jangan ditiru!)

Hari Senin adalah hari special buat kami, kenapa.?
Hari Senin adalah hari ber-sepatu, berbaju putih-putih, ritual bersepatu kelinci putih bagi pemilik sepatu kelinci yang tidak semua putih bersih itu, bisa diakali, mudah dan cepat.

Ada kolam ikan yang sama sekali tak terlihat ikannya, letaknya persis disamping kantor ibu Roro Juariah, sang Ibu Kepsek.
Lantas  sepatu-sepatu yang berwarna putih tua itu,  kami kelir dengan potongan kapur tulis, sebelumnya si kapur tulis dicelupkan terlebih dahulu ke air keruh di kolam tadi, lantas di gosok2 ke spatu kelinci, 10 menit kering, dan jadilah sepatu Kelinci putih dadakan, mendadak putih dan mendadak pula  bisa sewaktu-waktu kembali kewarna asal, yaitu putih tua.

Biasanya pak Tatang akan selalu siap menggantikan  ibu Roro jika berhalangan hadir saat Apel bendera.
Ternyata hari itu, adalah Senin menyebalkan buat aku, pasalnya, karena tergiur si Ciwang yang imut2 dengan sambal kacang yang menggugah selera tadi, tanpa sadar, aku menghabiskan 4 potong ciwang, dengan takaran sambal yang so pasti lebih banyak. 
Hari itu, uang saku ku agak lebih dari biasa, karena  sehari sebelumnya ada uwakku datang dari Jakarta, dan beliau memberiku uang.

Tiba giliran apel bendera, isi Ciwang diperutku, mendadak berontak, badanku berkeringat dingin, dan tiba-tiba pandangan mataku gelap, aku sempoyongan, dan terkulay lemas, mun ceuk urang sunda mah, eta teh asup angin, jeung nyeri beuteung

Rasa tak nyaman, tambah gak keruan, karena seharusnya pak Tatang berdiri didepan murid-murid yang sedang apel, tapi entah kenapa saat aku di gotong ke UKS, pak Tatang malah ikut mengantar, ikut sibuk, di ruang UKS.
Sejujurnya aku malu mengakui satu hal, terus terang saja jika berdekat-dekat dengan pak Tatang ini perasaanku jadi tak nyaman,  lho memangnya mengapa..?.

Aku kesal dengan pak Tatang, karena beliau terlalu perduli dengan kawan sebangku, dan kawan sebangku itu bernama : Kiki Ratnasari,  sigadis berkepang dua, penyuka warna hijau itu kerap membuatku marah,  karena apa-apa Kiki, apa-apa Kiki, poko`e  Kiki lagi Kiki lagi.
Aiiiiiih … bocah ingusan seusiaku ternyata kenal juga yang nama jealous, idiiiiih …

Beruntung si Kikiwik tadi tak ikut nyelonong menontonku saat aku kesakitan menahan sakit perut, namun entah kenapa, tiba-tiba, pak Tatang bersuara sedikit keras.

Kamu teh tadi sarapan heula teu?, ditunggu sama Kiki aja yaa .., Kikiiiiiiiii,  Kiiii, Kikiiiiii ..!” Suara berat pak Tatang seakan bergetar menghantarkan gelombang magnit.

Nah, benar kan.? Kiki lagi Kiki lagi, pikirku dalam hati, hadeeeuh, tambah sakit perut rasanya, jangan …jangan…oh ..jangan.. jangan.. , duuuh fusyiiiing kefalaku …

Gadis berkepang dua itu dalam hitungan menit telah berada disamping dipan UKS.

“Eh Adhe kunaoooon..? hihihi.”  tanpa kuduga, Kiki mengacungkan coklat ke arahku, sakit perutku mendadak hilang.
Sementara teman-temanku lainnya melanjutkan upacara bendera, Kiki menemaniku di UKS.
Lantas kami berbincang, sebenarnya Kiki itu baik, terlalu baik malah, tapi Kiki tak mengerti, bahwa dalam diri ini, ada sebuah keinginan yaitu keinginan sebuah `pengakuan diri`, pengakuan bahwa aku juga  sama seperti Kiki`.
Kiki memang cerdas tapi seingatku dulu aku pun gak goblok-goblok amat.

Pagi itu Kiki berbisik.

“Adhe, sakit perut jangan ditahan-tahan, ari arek hitut mah, nyaa hitut we..mumpung keur teu aya sasaha.”  Gadis berkepang itu ngikik, pita kepangnya bergerak-gerak.

Fenomena anehpun tersanding, dua bocah berlainan tampilan, lantas asyik ngrumpi komik  Hans Christian Andersen, yang satu rada kuleuheu, yang satu manis, rapi jali, dan baik hati, jangan salahkan Tuhan, jika mereka akrab satu sama lain, bahkan hingga puluhan tahun kedepannya, adakah sesuatu bisa dimaknai disini..?

Benar, mereka bisa saling melengkapi, Asli ..!
Selama satu tahun aku sebangku dengan Kiki di kelas enam, kami tak pernah bermusuhan, apalagi bertengkar.
Jika Kiki sedang marah ia hanya menandai bangkunya, menggaris meja tulis disekolah kami dengan pengaris  dan poltot dengan penggaris panjang, lantas,  sruuuut ….. !
Batas area jalur gazapun tergambar, selebihnya tak ada apapun, terkecuali besoknya aku membawakan dia komik HC. Andersen, plus senyum tentunya.

“Maapin adhe Ki.” Aku mengalah menegur duluan teman sebangkuku, dan Kiki yang baik hati seketika akan menyambut komikku terlebih dahulu, memeriksanya sejenak, (sudah pernah dibaca atau belum), jika belum, Kiki akan tersenyum manizz.

“Iyaa Dhe, sama2, maapin Kiki juga.”

Jalan-jalan menelusuri masa lampauku, menghadirkan sebuah pemahaman, bahwa, kadang untuk melakoni `BISA` itu wajib diikuti `BAIK` meski tak selalu mutlak `BENAR`, karena Baik dan benar hanyalah milik Allah Ta`ala.

`Allahumma Alhimni Rusydii Wa Qinii Syarro Nafsii``
(Yaa Allah, berikan Ilham kepadaku agar selalu mengikuti Kebenaran dan Peliharalah aku dari segala Keburukanku)

Catatan :
Coklat adalah makanan kesukaanku, yang dalam situasi apapun coklat hingga kini kerap mengelabui situasiku sesungguhnya.


Bandarlampung, 07 Mei 2012 - mutasi isi Butterfly Islami Bintang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar