Tadi pagi salah satu dari anak
kembarku yang kuliah di Jogya meng` sms` aku, isinya begini :
"Maa kenapa yaa? ada orang yang
hidupnya selalu saja di taburi dengan keberuntungan, padahal dia tuh gak
lurus-lurus amat akhlagnya, aku tau persis kok, dia selalu beruntung, dan semua
keberuntungannya itu sepertinya tanpa di dahului dengan upaya kerja keras,
sementara aku? mau apa-apa tuh harus selalu jungkir balik dulu, itupun kadang
ada gagalnya."
Lama benar aku terdiam, sebelum
benar-benar siap menjawab pertanyaan anakku.
Lantas sambil terus berdzikir
khafi (dzikir dalam hati) aku mulai memikirkan jawaban bagi anakku.
Kita semua tahu bahwa hidup ini
sesungguhnya diperuntukkan untuk bersyukur.
Hidup adalah untuk mensyukuri
realitas apapun.
Termasuk mensyukuri proses berliku nan panjang, dalam setiap upaya guna mencapai ketidak-pastian keberhasilan.
Termasuk mensyukuri proses berliku nan panjang, dalam setiap upaya guna mencapai ketidak-pastian keberhasilan.
Mungkin anakku sendiri lupa
menyadari, bahwa untuk melihatnya tumbuh besar seperti sekarang, aku pun
mengalami hal yang sama, aku butuh waktu cukup lama untuk membuatnya menjadi
seorang gadis yang mampu tampil full dengan rasa percaya diri yang
positiv.
Ada fase yang teramat sulit untuk di
pahami kala itu, aku selaku ibunya merasa merasa sangat yakin, anakku ini
tergolong anak yang cerdas, namun entah mengapa ia seperti selalu dan selalu
tak yakin akan keberuntungannya. Bahwa untuk menjadi baik, terpilih dan selalu
merasa beruntung itu justru ada disaat kita `dikurangi` porsinya.
Inilah yang disebut-sebut sebagai
cara lain atau jalan pintas bagi keberuntungan itu sendiri, karena
keberuntungan yang sesungguhnya adalah hasil dari kesiapan kita untuk
senantiasa mensyukuri.
Bisa jadi, apa yang dilihat oleh
anakku pada contoh keberuntungan temannya itu bukanlah `keberuntungan sejati`,
akan tetapi hanyalah sebuah wujud dari `kemudahan`.
Dan kita semua tau, apapun yang
didapat dengan amat sangat mudah, biasanya akan mudah pula lepas dari tangan
kita.
Lain halnya jika kita mendapatkan
sesuatu itu dengan susah payah, maka pastinya juga, kita terlatih untuk
menghargai, lantas jika seseorang terbiasa menghargai sebuah hasil, ia akan
berupaya untuk mulai berempati.
Tak ubahnya seperti rangkaian tangga
yang memutar dan berliku-liku panjang.
Dengan ‘menikmati’ langkah demi langkah meniti tujuan, seseorang akan terlatih untuk senantiasa bersyukur, menghargai jerih payah sendiri serta hasilnya.
Dengan ‘menikmati’ langkah demi langkah meniti tujuan, seseorang akan terlatih untuk senantiasa bersyukur, menghargai jerih payah sendiri serta hasilnya.
Ini adalah wujud dari sebentuk rasa
syukur pada diri sendiri yang sudah MAU menapaki titian.
Bila langkah demi langkah itu dinikmati, selalu mensyukuri, niscaya kita tak akan pernah berasa kecewa bila setiba di puncak tangga tujuan, ternyata hasilnya tidak sesuai harapan, karena selalu yakin, segalanya akan dipergulirkan.
Setelah terdiam sejenak, segera
kuraih ponselku, diseberang sana anakku menyambutkan dengan tawa.
"Aiiih mama ini looh, baru aja
aku mau telepon, mama jangan kuatir, aku baik2 aja, tadi itu aku hanya sekedar
ingin share dengan mama, dan .. ehmmm ...temanku gak bisa kayak kita ini maa,
aku sama mama kan ikatan emosional selangit, kita suka ngerasa sesuatu itu
secara bersamaan.." Celoteh anakku itu diakhiri dengan tawa nya yang
khas.
"Tuuuh pintelll anak mama,
bilang apa ayooo?" Candaku pada ndoel di seberang sana..
"Iya maa, allhamdullillah wa
syukurillah ya Allah, aku merasa beruntung punya mama yang huebaaat." Sambungnya
lagi, disusul dengan cerita-cerita lainnya.
Ternyata hidup ini ruarrr biasa,
tapi sudah barang tentu tak gratis, ada sesuatu yang harus dibayar tunai, yaitu
ada doa dan upaya disertai kekuatan penuh dan yakin akan pertolongan Allah ..
Dalam hadits disebutkan :
مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Siapa yang kontinyu beristighfar maka Allah jadikan baginya jalan keluar dari setiap kesulitannya, kesudahan dari setiap kesedihannya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka.”
مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Siapa yang kontinyu beristighfar maka Allah jadikan baginya jalan keluar dari setiap kesulitannya, kesudahan dari setiap kesedihannya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka.”
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)