Banyak hal yang bisa menjatuhkan kita. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkan kita adalah sikap kita sendiri.

Selasa, 15 Mei 2012

Istighfar itu melonggarkan

Tadi pagi salah satu dari anak kembarku yang kuliah di Jogya meng` sms` aku, isinya begini : 

"Maa kenapa yaa? ada orang yang hidupnya selalu saja di taburi dengan keberuntungan, padahal dia tuh gak lurus-lurus amat akhlagnya, aku tau persis kok, dia selalu beruntung, dan semua keberuntungannya itu sepertinya tanpa di dahului dengan upaya kerja keras, sementara aku? mau apa-apa tuh harus selalu jungkir balik dulu, itupun kadang ada gagalnya."

Lama benar aku terdiam, sebelum benar-benar siap menjawab pertanyaan anakku. 
Lantas sambil terus berdzikir khafi (dzikir dalam hati) aku mulai memikirkan jawaban bagi anakku.
Kita semua tahu bahwa hidup ini sesungguhnya diperuntukkan untuk bersyukur. 

Hidup adalah untuk mensyukuri realitas apapun.
Termasuk mensyukuri proses berliku nan panjang, dalam setiap upaya guna mencapai ketidak-pastian keberhasilan.

Mungkin anakku sendiri lupa menyadari, bahwa untuk melihatnya tumbuh besar seperti sekarang, aku pun mengalami hal yang sama, aku butuh waktu cukup lama untuk membuatnya menjadi seorang gadis yang mampu tampil full dengan rasa percaya diri yang positiv. 

Ada fase yang teramat sulit untuk di pahami kala itu, aku selaku ibunya merasa merasa sangat yakin, anakku ini tergolong anak yang cerdas, namun entah mengapa ia seperti selalu dan selalu tak yakin akan keberuntungannya. Bahwa untuk menjadi baik, terpilih dan selalu merasa beruntung itu justru ada disaat kita `dikurangi` porsinya. 

Inilah yang disebut-sebut sebagai cara lain atau jalan pintas bagi keberuntungan itu sendiri, karena keberuntungan yang sesungguhnya adalah hasil dari kesiapan kita untuk senantiasa mensyukuri. 
Bisa jadi, apa yang dilihat oleh anakku pada contoh keberuntungan temannya itu bukanlah `keberuntungan sejati`, akan tetapi hanyalah sebuah wujud dari `kemudahan`. 
Dan kita semua tau, apapun yang didapat dengan amat sangat mudah, biasanya akan mudah pula lepas dari tangan kita. 
Lain halnya jika kita mendapatkan sesuatu itu dengan susah payah, maka pastinya juga, kita terlatih untuk menghargai, lantas jika seseorang terbiasa menghargai sebuah hasil, ia akan berupaya untuk mulai berempati.  

Tak ubahnya seperti rangkaian tangga yang memutar dan berliku-liku panjang.
Dengan ‘menikmati’ langkah demi langkah meniti tujuan, seseorang akan terlatih untuk senantiasa bersyukur, menghargai jerih payah sendiri serta hasilnya.
Ini adalah wujud dari sebentuk rasa syukur pada diri sendiri yang  sudah MAU menapaki titian.

Bila langkah demi langkah itu dinikmati, selalu mensyukuri,  niscaya kita tak akan pernah berasa kecewa bila setiba di puncak tangga tujuan, ternyata hasilnya tidak sesuai harapan, karena selalu yakin, segalanya akan dipergulirkan.

Setelah terdiam sejenak, segera kuraih ponselku, diseberang sana anakku menyambutkan dengan tawa.
"Aiiih mama ini looh, baru aja aku mau telepon, mama jangan kuatir, aku baik2 aja, tadi itu aku hanya sekedar ingin share dengan mama, dan .. ehmmm ...temanku gak bisa kayak kita ini maa, aku sama mama kan ikatan emosional selangit, kita suka ngerasa sesuatu itu secara bersamaan.." Celoteh anakku itu diakhiri dengan tawa nya yang khas. 

"Tuuuh pintelll anak mama, bilang apa ayooo?" Candaku pada ndoel di seberang sana..
"Iya maa, allhamdullillah wa syukurillah ya Allah, aku merasa beruntung punya mama yang huebaaat." Sambungnya lagi, disusul dengan cerita-cerita lainnya.

Ternyata hidup ini ruarrr biasa, tapi sudah barang tentu tak gratis, ada sesuatu yang harus dibayar tunai, yaitu ada doa dan upaya disertai kekuatan penuh dan yakin akan pertolongan Allah ..

Dalam hadits disebutkan :

مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Siapa yang kontinyu beristighfar maka Allah jadikan baginya jalan keluar dari setiap kesulitannya, kesudahan dari setiap kesedihannya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka.” 
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah) 








Senin, 14 Mei 2012

Nganyao Suat Ke Tanjung Pandan – Belitong

Gangan, Krete Angin, dan Satam...

Pertama kali aku menginjakkan kaki di Pulau Belitung ini, yaitu di pelataran airport Buluh Tumbang, rasanya aneh sekali, aku kok gak merasa seperti kehilangan ya?, padahal ini berarti aku telah resmi berpisah dengan keluarga besarku di P. Jawa. 
Keluar dari bandara Buluh Tumbang, aku mulai disergap hangatnya sinar matahari pagi, belum seberapa terasa gerah bin hareudang, karena mungkin saja suhu tubuhku masih berisi pasokan `cinta pengantin baru`, heuheuy dedeuhh… 

Apa yang terekam di benakku tentang kota kecil ini sungguh ruarr biasa. Pertama jelas, Tanjung Pandan adalah kampung halaman tiga kurcaciku, yang memang ketiganya terlahir di kota ini. Kedua, ketiga, keempat dan seterusnya adalah rangkaian cerita yang berkesinambungan selama kurun waktu kurang lebih 10 tahun yaitu antara tahun 1986 hingga 1995.
Awalnya untuk kami tinggal di mess karyawan yang lokasinya berhadapan kumpulan tanaman bakau.   
Menurut suamiku di hutan bakau tersebut ada banyak sekali biawak liar yang kadang tersesat, setelah iseng-iseng `bermain` , menyebrang ruas jalan raya yang tak seberapa lebar didepan mess tempat tinggal karyawan. 

Yang menajubkan selama 10 tahun aku tinggal di Tanjung Pandan, aku sama sekali tak menemui ada pengemis, tuna wisma, atau orang gila yang berkeliaran di jalanan, pasar tradisionalnya pun bersih. 

Keluar dari tempat jualan ikan laut segar, mata ini bisa melihat beberapa perahu nelayan yang sedang ditambatkan, kadang-kadang ada nelayan yang kesiangan tiba di pantai, dan itu berarti hasil tangkapannya biasanya akan dijual sendiri oleh keluarganya, mereka berkeliling dari rumah kerumah.
Bagiku hal ini ruaarr biasa sekali, karena akhirnya aku dan keluarga kecilku bisa menyantap ikan yang benar-benar masih segar. 
Ikan segar jika langsung diolah biasanya terasa agak manis dan lebih gurih. 


Penduduk Tanjung Pandan bahkan hampir seluruh penduduk Pulau Belitong memang lebih meyukai hidangan olahan yang terbuat dari ikan laut segar ketibang sayuran, tapi bukan berarti sama sekali tak mengkonsumsi sayuran, yang jelas, harga sayuran di sana, saat aku masih tinggal di Tanjung Pandan memang muahaaaalll.
Satu ketika salah seorang teman kantor suamiku mengundang kami makan siang bersama di rumahnya, dan apa yang terlihat di meja makan adalah serupa dengan sekawanan ikan yang sedang ber` demo. 

-          Ada Ikan Bakar Polos (benar-benar hanya sekedar dibakar saja tanpa bumbu apapun dengan sisik ikan yang tetap dibiarkan tanpa disiangi terlebih dahulu) plus saus kecap berisi irisan cabai rawit, irisan tomat dan bawang merah.
-          Ada ikan masak Kuning, rasa bumbuya seperti acar kuning ..
-          Ada ikan masak Cabai Pedas, hampir menyerupai badalo masakan Padang.
-          Dan yang terakhir adalah menu andalan mereka yaitu ikan masak Gangan, menu ini adalah makanan khas Pulau Belitung, kuahnya berwarna kuning, bisa kental bisa juga agak encer.

Artinya saat itu di meja makan sama sekali tak ada sayuran sedikitpun. Tiba- tiba teman kantor suamiku seakan terhentak, lantas dengan senyum setengah malu, dia meminta izin kepada kami untuk menunggu sebentar. 
15 menit kemudian dia datang menemui kami, sambil membisikkan sesuatu ketelinga suamiku, ia menyuruh kami segera menyerbu kemeja makan. 
Rupanya tadi si tuan rumah bersama istrinya bergegas ke pasar membeli beberapa jenis sayuran yang langsung di pamerkan di meja makan disertai sambal terasi tentunya. 

“Maaf mbak, bini aku lupe, mbak kan suka lalap.” Kilahnya di iringi senyum tersipu.
Meskipun masih terasa aneh di lidahku, demi penghormatan, siang itu kucicip semua menu kawanan ikan laut, ternyata nikmat juga menyeruput kuah Gangan. Akhirnya menu ikan Gangan menjadi topik hangat perbincangan kami seusai makan siang. 

Sebenarnya ada beberapa makanan khas yang hingga kini juga menjadi menu favorite keluarga kecil, terbuat dari Ketam/ kepiting laut. 
Sayangnya untuk mendapatkan kepiting laut segar berukuran sedang saja semakin hari semakin agak sulit di masa itu, karena ternyata para pencari kepiting lebih menyukai menjual hasil tanggapannya ke pihak usaha industri rumahan pengolahan kepiting, atau mungkin juga tangkapan kepiting ini harus berkorelasi dengan musimnya. 

Dahulu ketika kami masih tinggal di Tanjung Pandan, setiap pagi kami selalu mendengar sirene, yang menandai waktu bekerja bagi karyawan PT. Timah. 
Tak ada kendaraan angkot saat itu, semua transportasi rata-rata dilakukan dengan ber` krete angin` alias bersepeda, perbandingan kepemilikan kendaraan antara pemilik motor dan pemilik `krete angin` hampir sama, sebagian penduduk menyebut istilah sepeda ini kadang juga dengan sebutan ` Speda Unte`. 

Perbedaan antara Krete angin dan speda Unte terletak pada batang sepeda bagian depan, dipikir-pikir speda Unte memang nyaris menyerupai leher onta. 
Speda Unte ini adalah juga sepeda onthel yang kita kenal, kini pencinta sepeda Onthel memiliki komunitas tersendiri di daerah Bogor, Jawa Barat. 

Berkeliling memutari kota ini rasanya tak lengkap jika belum mengintip pantai Tanjung Pendam, Kenapa demikian? Sejujurnya saja, kadang aku rindu untuk sekedar melihat susunan genting dari sebuah rumah.
Lho kok ? anehhhh….

Begini…
Rumah-rumah penduduk di sana kebanyakan tidak memakai genting, melainkan asbes, bahkan ada yang menggunakan atap seng biasa.
Genting mungkin juga termasuk bahan bangunan yang agak mahal, dan mungkin inilah sebabnya hanya orang berduit lah yang rumahnya beratap genting.

Saat akan memasuki kawasan pantai Tanjung Pendam, biasanya kami melintasi perumahan para pejabat PT Timah, setengah memohon aku minta pada suamiku untuk mengurangi kecepatan laju motornya agar dapat berlama-lama memandangi satu persatu rumah-rumah mewah milik para pejabat PT. Timah.   
Dan tentu saja hal pertama yang kulihat adalah gentingnya.  hehehhe …. : -)

Sesuatu yang kerap dicari oleh para pendatang yang menetap di P. Belitong adalah batu Satam, batu ini berwarna hitam pekat, warnanya nyaris serupa dengan warna cairan aspal yang sedang dimasak. 
Bentuk batu Satam tidak beraturan, permukaannya tidak mulus, besarnyapun bervariasi.

Batu satam ini mungkin hanya satu-satunya yang ada didunia. 
Di Pulau Belitung sendiri, tidak mudah untuk mendapatkan batu satam, apalagi untuk dijadikan kerajinan. 
Biasanya para perajin mendapatkan batu satam dari para penambang timah darat, yang menemukan satam ini secara kebetulan dari perut bumi dengan kedalaman 50 meter. 

Mereka pun menemukannya secara tak sengaja, terbawa oleh pipa pompa penghisap air yang diarahkan ke sakan yaitu tempat untuk memisahkan pasir dan timah.
Di kalangan masyarakat Belitung sendiri, batu satam ini dipercaya mempunyai kekuatan magis sebagai penangkal penolak racun dan unsur makhluk-gaib. 
Namun bagi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Timah ini, selalu menyempatkan diri membeli batu satam ini sebagai cendramata khas Pulau Belitung, yang dijadikan kalung, giwang, bros, cincin, tasbih, tongkat komando dan sebagainya, yang dikenal dengan istilah kerajinan Satam.






Syafaqah

Assallammuallaikum warohmatullaihi wabarokatuh…

Apa kabar sahabat fillah, berikut aku bagikan ini untuk kalian, semoge manfaat. Syafaqah dan ulasan mas Hernowo Hasim dalam mengikat makna tentang : Berkasih-Sayang Sebagai Sumber Kebahagiaan

Syafaqah itu sendiri berarti sesuatu lembut dan halusnya perasaan. Dalam makna positif syafaqah diartikan sebagai sikap jiwa yang selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain serta penuh kasih sayang.

Orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya (yakni, silaturrahim) dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi” (QS Al-Baqarah [2]: 27).

Silaturahim adalah kata majemuk yang terambil dari kata"shilâh" dan "rahîm". Kata shilâh berakar dari kata yang berarti "menyambung dan menghimpun". Ini berarti bahwa hanya yang putus dan yang terseraklah yang dituju oleh kata shilâh. Sedangkan kata rahîm pada mulanya berarti "kasih sayang", kemudian berkembang sehingga berarti pula "peranakan (kandungan)", karena anak yang dikandung selalu mendapaktan curahan kasih sayang.

Seorang Arab badui pernah bertanya kepada Nabi Saw.,
“Ceritakanlah kepadaku hal-hal yang mendekatkan aku ke surga dan menjauhkan aku dari neraka.” Nabi Saw. menjawab,
“Sembahlah Allah dan janganlah engkau menyekutukan-Nya dengan apa pun, dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan sambunglah silaturahim.”

Seseorang datang kepada Nabi Saw., lalu berkata,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki kerabat yang aku jalin terus hubunganku dengan mereka, tapi mereka memutuskan hubungannya denganku. Aku berbuat baik kepada mereka, tapi mereka berbuat jahat kepadaku.
Mereka menyakitiku, tapi aku membalasnya dengan lemah lembut." Rasulullah pun menjawab,
"Sekiranya kejadian itu seperti apa yang engkau katakan, maka mereka memberikan engkau bara api sedangkan pertolongan Allah senantiasa menyertaimu atas mereka, selama engkau berlaku seperti itu.”

Rasulullah Saw. Bersabda,
”Aku melihat sebuah hubungan persaudaraan, yang menggantung di ‘Arsy (Singgassana Allah), mengeluh di hadapan Allah mengenai seseorang yang telah memutuskannya. Aku bertanya kepada Jibril, 'Pada berapa generasi di atasnya 'kah mereka yang bertemu?' Jibril menjawab, 'Tujuh generasi'.

Hikmah bersifat halus dan lembut yang paling nyata adalah seperti yang disebutkan firman Allah SWT dalam Qur’an surat Ali Imran ayat 159 di atas.
Kelembutan akan membuat orang mendekat, sedangkan bersikap keras dan berhati kasar akan membuat orang menjauh.

Secara lebih dalam, kita dapat memahami bahwa dorongan untuk mencinta dan dicintai sesungguhnya berakar kuat di dalam diri kita.
Manusia adalah makhluk dengan fitrah mencinta dan dicintai. dalam hadis qudsi disebutkan :

“Aku 'sebelum'-nya adalah perbendaharaan yang tersembunyi. Maka Aku rindu (ahbabtu, aku cinta) untuk dikenali. Maka aku ciptakan ciptaan agar aku dikenali.”

Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan dari nuraniku yang terdalam, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya, jika atas kejadian apapun mungkin saja smpat menjadikan pertemanan kita ini terkadang terombang ambing terbawa angin.

Sejatinya sebagai orang paham dan memahami akan makna keimanan, kita semua harus merasa terkondisi `dipantaskan` untuk lebih bijaksana.

Terlepas dari sifat kemanusiawi`an nya, kadang aku sndri kerap tergoda bersikap kekanak-kanakan.

Kalian semua yang kucintai, aku minta maaf, maafkan aku lahir batin yaa ..
Jujur saja, aku takut akan pernyataan ini :

”Aku melihat sebuah hubungan persaudaraan, yang menggantung di ‘Arsy (Singgassana Allah), mengeluh di hadapan Allah mengenai seseorang yang telah memutuskannya. Aku bertanya kepada Jibril, 'Pada berapa generasi di atasnya 'kah mereka yang bertemu?' Jibril menjawab, 'Tujuh generasi'.

Tak perlu berkata-kata manis bila saling menyintai,
Cinta mencintai itu bukan lahir dari mulut,
Walau dipendam seperti Fatimah dan Ali,
Ia akan senantiasa semerbak dihati ..
Sesunguhnya Allah Maha Mengetahui… dan cinta yang hakiki itu datangnya dari Illahi…

Maafkan aku yaa .. :")
Adhe Harto/ Bintang Gatimurni ..


Senin, 07 Mei 2012

Jalan-Jalan Pagi Imajiner di seputar Sriwijaya - Brawijaya - Sukabumi

Sama sekali tak terbayang, kalau nantinya aku bakalan lama terdampar di Sumatera, dan sepertinya kesempatan untuk mudikpun harus di audit ber-ulang kali, demi melihat kondisi macetnya jalan menuju Sukabumi tercintaku..

Sukabumi dalam ingatanku tidaklah banyak, kusebut tak banyak, karena jujur saja aku agak kesulitan untuk merangkai memory thinkingku kembali, jadi?
Aku akan memulainya dari yang terdekat dahulu, kemana?
Kita ke SD Brawijaya dulu…
SD dimana dahulu aku bersekolah.

Yang pertama,  jelas aku mau menyebut sebuah nama yang ruarr biasa telah membuat aku jatuh cinta, yaitu CIWANG, ehmmm ..beradu, berpelukan dengan sambal kacang uenaak tenan. Ciwang itu singkatan Aci jeung Bawang.
Makanan ini sebenarnya tak baik jika dikonsumsi pagi hari, dan biasanya sebelum lonceng di tabuh pak Haris yang bertubuh jangkung, gerombolan bocah tanpa seragam dan hanya bersendal jepit kesekolah itu telah berkerumun diseputar warung bibik istri penjaga sekolah, sepotong-dua potong CIWANG sebagai tambahan sarapan jadilah.., cukup memacu stamina belajar.
(jangan ditiru!)

Hari Senin adalah hari special buat kami, kenapa.?
Hari Senin adalah hari ber-sepatu, berbaju putih-putih, ritual bersepatu kelinci putih bagi pemilik sepatu kelinci yang tidak semua putih bersih itu, bisa diakali, mudah dan cepat.

Ada kolam ikan yang sama sekali tak terlihat ikannya, letaknya persis disamping kantor ibu Roro Juariah, sang Ibu Kepsek.
Lantas  sepatu-sepatu yang berwarna putih tua itu,  kami kelir dengan potongan kapur tulis, sebelumnya si kapur tulis dicelupkan terlebih dahulu ke air keruh di kolam tadi, lantas di gosok2 ke spatu kelinci, 10 menit kering, dan jadilah sepatu Kelinci putih dadakan, mendadak putih dan mendadak pula  bisa sewaktu-waktu kembali kewarna asal, yaitu putih tua.

Biasanya pak Tatang akan selalu siap menggantikan  ibu Roro jika berhalangan hadir saat Apel bendera.
Ternyata hari itu, adalah Senin menyebalkan buat aku, pasalnya, karena tergiur si Ciwang yang imut2 dengan sambal kacang yang menggugah selera tadi, tanpa sadar, aku menghabiskan 4 potong ciwang, dengan takaran sambal yang so pasti lebih banyak. 
Hari itu, uang saku ku agak lebih dari biasa, karena  sehari sebelumnya ada uwakku datang dari Jakarta, dan beliau memberiku uang.

Tiba giliran apel bendera, isi Ciwang diperutku, mendadak berontak, badanku berkeringat dingin, dan tiba-tiba pandangan mataku gelap, aku sempoyongan, dan terkulay lemas, mun ceuk urang sunda mah, eta teh asup angin, jeung nyeri beuteung

Rasa tak nyaman, tambah gak keruan, karena seharusnya pak Tatang berdiri didepan murid-murid yang sedang apel, tapi entah kenapa saat aku di gotong ke UKS, pak Tatang malah ikut mengantar, ikut sibuk, di ruang UKS.
Sejujurnya aku malu mengakui satu hal, terus terang saja jika berdekat-dekat dengan pak Tatang ini perasaanku jadi tak nyaman,  lho memangnya mengapa..?.

Aku kesal dengan pak Tatang, karena beliau terlalu perduli dengan kawan sebangku, dan kawan sebangku itu bernama : Kiki Ratnasari,  sigadis berkepang dua, penyuka warna hijau itu kerap membuatku marah,  karena apa-apa Kiki, apa-apa Kiki, poko`e  Kiki lagi Kiki lagi.
Aiiiiiih … bocah ingusan seusiaku ternyata kenal juga yang nama jealous, idiiiiih …

Beruntung si Kikiwik tadi tak ikut nyelonong menontonku saat aku kesakitan menahan sakit perut, namun entah kenapa, tiba-tiba, pak Tatang bersuara sedikit keras.

Kamu teh tadi sarapan heula teu?, ditunggu sama Kiki aja yaa .., Kikiiiiiiiii,  Kiiii, Kikiiiiii ..!” Suara berat pak Tatang seakan bergetar menghantarkan gelombang magnit.

Nah, benar kan.? Kiki lagi Kiki lagi, pikirku dalam hati, hadeeeuh, tambah sakit perut rasanya, jangan …jangan…oh ..jangan.. jangan.. , duuuh fusyiiiing kefalaku …

Gadis berkepang dua itu dalam hitungan menit telah berada disamping dipan UKS.

“Eh Adhe kunaoooon..? hihihi.”  tanpa kuduga, Kiki mengacungkan coklat ke arahku, sakit perutku mendadak hilang.
Sementara teman-temanku lainnya melanjutkan upacara bendera, Kiki menemaniku di UKS.
Lantas kami berbincang, sebenarnya Kiki itu baik, terlalu baik malah, tapi Kiki tak mengerti, bahwa dalam diri ini, ada sebuah keinginan yaitu keinginan sebuah `pengakuan diri`, pengakuan bahwa aku juga  sama seperti Kiki`.
Kiki memang cerdas tapi seingatku dulu aku pun gak goblok-goblok amat.

Pagi itu Kiki berbisik.

“Adhe, sakit perut jangan ditahan-tahan, ari arek hitut mah, nyaa hitut we..mumpung keur teu aya sasaha.”  Gadis berkepang itu ngikik, pita kepangnya bergerak-gerak.

Fenomena anehpun tersanding, dua bocah berlainan tampilan, lantas asyik ngrumpi komik  Hans Christian Andersen, yang satu rada kuleuheu, yang satu manis, rapi jali, dan baik hati, jangan salahkan Tuhan, jika mereka akrab satu sama lain, bahkan hingga puluhan tahun kedepannya, adakah sesuatu bisa dimaknai disini..?

Benar, mereka bisa saling melengkapi, Asli ..!
Selama satu tahun aku sebangku dengan Kiki di kelas enam, kami tak pernah bermusuhan, apalagi bertengkar.
Jika Kiki sedang marah ia hanya menandai bangkunya, menggaris meja tulis disekolah kami dengan pengaris  dan poltot dengan penggaris panjang, lantas,  sruuuut ….. !
Batas area jalur gazapun tergambar, selebihnya tak ada apapun, terkecuali besoknya aku membawakan dia komik HC. Andersen, plus senyum tentunya.

“Maapin adhe Ki.” Aku mengalah menegur duluan teman sebangkuku, dan Kiki yang baik hati seketika akan menyambut komikku terlebih dahulu, memeriksanya sejenak, (sudah pernah dibaca atau belum), jika belum, Kiki akan tersenyum manizz.

“Iyaa Dhe, sama2, maapin Kiki juga.”

Jalan-jalan menelusuri masa lampauku, menghadirkan sebuah pemahaman, bahwa, kadang untuk melakoni `BISA` itu wajib diikuti `BAIK` meski tak selalu mutlak `BENAR`, karena Baik dan benar hanyalah milik Allah Ta`ala.

`Allahumma Alhimni Rusydii Wa Qinii Syarro Nafsii``
(Yaa Allah, berikan Ilham kepadaku agar selalu mengikuti Kebenaran dan Peliharalah aku dari segala Keburukanku)

Catatan :
Coklat adalah makanan kesukaanku, yang dalam situasi apapun coklat hingga kini kerap mengelabui situasiku sesungguhnya.


Bandarlampung, 07 Mei 2012 - mutasi isi Butterfly Islami Bintang

Dialog Imajener

Aku menulis ini, dan semoga benar aku bisa bertemu denganmu sist ..
Suka tidak suka inilah adanya, aku hanya sedang berusaha mengenalmu, menjadi kamu sejenak, dan ternyata, pengalaman ini amat ruar biasa bagiku.

Sist,
Aku akan selalu merindukanmu, kamu adikku, teman juga sahabatku yang mengasyikkan, sekaligus orang yang telah mampu mengaduk-ngaduk perasaaanku, sesuatu yang belum pernah aku alami sebelumnya, itu sebabnya aku merasa amat asing, aku seperti terlempar ke dimensi antah berantah, dan kulihat kamu disana sesekali tersenyum, sekali-kali melemparkan sorot kebencian kearahku. 

Sungguh, aku ingin kembali keduniaku, bersamamu, aku kadang kerap khilaf, jiwaku lantas menghebat,
Sist,  bisakah kamu antar aku kepintu dimana kamu mempersilakan aku masuk ..?

                                                                                            
(08/04.2011.pukul 08.12)
Catatan : Vie
Entah benar atau tidak penilaianku, yang jelas aku memilih untuk melindungimu, aku sudah periksa semua file-file kehidupanmu, miris..!, berkali-kali aku terpaksa menghela nafas panjang, dan aku sungguh ingin mengatakan bahwa yang aku lihat itu, bukan kamu sist, karena sesungguhnya aku tak rela, kamu dibeginikan .. 

Berjam-jam aku ngetik sendirian di mushola kecilku, aku menangis, aku tertawa pahit, saat slide-slide lamamu bertebaran dibenakku, dan berkali-kali aku melihat kamu terjungkal, lantas bangun lagi, merangkat pelan, terjungkal lagi, berjalan pelan, begitu seterusnya, sampai pada akhirnya aku punya keberanian untuk menulis hal ini kepadamu…

Sist, aku bukan siapa-siapamu, bahkan aku dan kamupun hanya sekedar kenal lewat pertemanan di dunia maya, tapi aku serasa memiliki kekuatan untuk terus mendekatimu, mengamatimu, mengendus aroma khasmu, tawa segarmu, bahasa sumateramu yang kental, dan kadang diselingi dengan logak lainnya, yang kesemuanya dimataku sungguh mengasyikkan. 

Ketahuilah, aku selalu penasaran, selalu dan selalu ingin tahu, apa-apa saja yang kamu kerjakan disetiap harinya, dan nyatanya benar, kamu itu ibarat angin, kadang lembut, semilir, kadang menderu bak badai, sekejap, sekejap, semuanya serba penuh dengan gejolak. 

Aku jadi ingat omonganmu tentang mandi pakai air hangat kemudian dilanjutkan dengan siraman air dingin, yang sungguh aku baru tahu khasiatnya. 
Aku langsung coba sist, ternyata tubuhku kembali bugar, artinya, kadang aku suka menyimak suara hatimu, saat kamu sedang merenung sendiri, kamu terdiam, termenung didepan komputermu, berkata pelan, seperti berbisik lirih dengan diri sendiri, kamu tak  mengetahui, disaat yang sama, aku terus menyimak gerak bibirmu, dan mulai membaca kegalauanmu, kamu terdiam, tak berusaha bertanya apapun, sekali lagi diaaaaam….

Sampai akhirnya aku berkesimpulan, mungkn seperti inilah kamu dulu, meskipun kamu bersama dia, kamu menolak untuk dibantu, menolak diberi bantuan, karena saking takutnya kamu akan dampak lanjutan. 

Sist, aku tidak seperti dia, aku ikhlas membantumu, kapan pun kamu mau, sayangnya kamu terlalu gengsi untuk meminta, terlalu gengsi untuk mendekati, karena aku dulu pernah kebablasan ngomong dalam suasana hati yang nggak nyaman, jadi saat itu aku seperti benci sama kamu, aku juga tak mengerti kenapa bisa jadi demikian. 

Sist, halaman yang kamu buat ini luar biasa, aku senang, aku tersenyum sendiri, bahagia rasanya, bisa punya teman yang dapat  mengimbangi perasaaanku, baguus yaaa , aku sukaaa…

Sist Adhe, iyaa lah aku save draft nya, nanti kita samakan, untuk memberi keyakinan pada teman-teman,  bahwa jika dijaga, suara hati ini dapat lebih hebat, gaungnya.. 

Aku mau cerita soal mataku, iyaa, mataku sering sembab seperti juga kamu, apakah kamu mau pakai kaca mata hitam seperti  aku ..? hehehe … photo copy itu muuuaahalll.. 

Kamu tahu ? aku suka diam-diam mengintip file-file mu, ternyata dikaupun tahu aku sedang mengintip, kamu tahu itu namanya apa ..? 
Artinya kamu itu  hebat, padahal kamu bilang, bahwa kamu gak bisa `melihat`, kenapa sih harus bohong? mengapa  harus pura-pura tak mengerti apapun sist Adheeeee ….


<> Lintas hening bersama Fie ...  <>



Prolog

Pada akhirnya aku bertemu lagi dengan sebuah wajah asing yang serupa dengan bayangan masa lampauku, yang tadinya ku duga dia adalah sang `Penyelamatku`. 
Mendung dihatiku kembali menyeruak, merampas sisa-sisa kekuatanku, dan aku disini berdiri menatap perjalananku sendiri.

Lantas debat panjang tanpa katapun dimulai, sebenarnya, aku ingin sekali tega kepadamu, karena aku sudah sedemikian lelah tersandung persoalan yang itu-itu saja. 
Aku ingin sekali tega kepadamu, berteriak sekencang-kencangnya, agar kau jera, tak lagi bermain-main dengan sepi, berdiam-diaman, berpura-pura tak ada apa-apa, demi sebuah keutuhan yang terlihat dari luar.

Kurasa engkau tau apa artinya sepi, tapi sungguh, ini berbeda sekali, kita hanya memaksa tak bicara, dan aku merasa seperti bersembunyi dibalik aku diseberang sana. 
Aku merasa bukanlah aku yang sebenarnya, melucuti diri setengah menyerah, diam tanpa kata.

Dulu aku selalu berpendapat,mengenalmu adalah sebuah `anugrah`,  setidaknya itu benar, jika di ukur dari kwalitas ritual spritualku sebelum mengenalmu, misalnya. 
Hanya saja peraturan tak tertulis, yang melarangku untuk mengenalmu lebih jauh, kuanggap `aneh` dan amat tidak biasa, pasalnya aku mulai menangkap benang merah yang terbentang tipis diantara engkau dan dia dimasa laluku, menyekat semua aroma yang nyaris ku tandai lagi.

Kadang, aku memandangi dia, rasanya seperti aku memandang diri sendiri. 
Bila ia adalah aku, aku tidak mengerti bagaimana bisa aku dikatakan telah melucuti sesuatu, melihat dan merasakan kegelapan dasar itu. 

Aku seperti bersembunyi di balik sesuatu. Aku bagaikan malaikat di mataku sendiri. Aku melihat dia si malaikat. 
Kuabaikan menengok makhluk di belakangku. 
Di belakangku seperti bergeming dan melotot dan ingin menguasai lagi aliran darahku. 
Akh .... aku tidak ingin lagi membayangkan aku yang di belakang, itu memang aku yang lampau, aku yang selalu takut pada aku sendiri. 
Lantas Aku yang di sini, aku yang siapa? Jika itu kamu? mengapa kamu diam saja?

Tiba-tiba aku merasa ingin berkata.
“Aku ingin Tuhan marah kepadamu." karena aku sudah lelah bermain-main dalam sepi, bicara sendiri dalam hati, berdoa, tertawa, mengerutu, menangis, lalu berdoa lagi, begitu seterusnya, tetap dalam hening yang sama, dengan waktu yang berbeda.

 Yaaaa Allah …, apa ini namanya, 
Ketika aku baru saja usai bermunajat kepadaMU, menyertakan sejumlah rasa syukurku, yang  lantas diam-diam kuselipkan harapan akan adanya sebuah pengakuan akan AmpunanMU, aku tertegun lama.
Yaa Allah, apa ini namanya,
Ketika  sebelumnya aku merasa sedemikian `yakin` atas `Kebenaran` sikapku, serasa BENAR di MataMU, yang kemudian kulihat, itu tak ada ..
Yaaa Allah.. apa ini namanya,
Ketika pada akhirnya, aku,  mau tak mau mengakui, Engkau lebih tau apa lebih kubutuhkan.
Yaa Allah .., apa ini namanya,
Jika lagi-lagi aku terkesima, bahwa Engkau suka sekali mengodaku, menunda apa yang menjadi mauku
Yaa Allah, ini kah pembuka..? temaliMU melalui dia terasa pedih ditelapak tanganku.


Bandarlampung, 07 Mai 2012

Minggu, 06 Mei 2012

Harmoni

Pagi tadi  seusai sholat subuh, aku iseng mengintip dinding fesbuknya, dan …… masya Allah, sebuah propict yang tidak biasa terpampang disana, kuabaikan rangkaian kalimat status terbaru disebelahnya, aku tak tertarik menyimak, mataku terbelalak melihat fotonya yang terlihat santai berjongkok di atas tembok bertuliskan `Harmony with nature` , entah setan mana yang mendorongku untuk seketika aku tertawa lepas, lantas lama aku terdiam, dan mulai mereka-reka, ada apa sebenarnya denganmu..? ` wahai `peredam, penghibur, penjelas ketidak-mengertian akan hidup dalam kehidupan`.

Ini mungkin akan menjelaskan bagaimana Allah  SWT, sedemiian adil pada hamba-hamba yang di cintaiNYA, aku tahu persis Fie sedang kurang nyaman, secara fisik  dia terkena flu berat, terkapar selama berhari-hari di tempat tidur, cuaca buruk, ditambah tanggung jawab moralnya pada beberapa pasiennya memaksanya tetap beraktifitas, menjelajah heningnya malam, bersama tasbih di tangan, artinya ia tetap memiliki batas kekuatan akan stamina fisik. 

Dan kurasa Allah juga lah yang menggiring Fie untuk pergi mencari sesuatu yang lain, menyatu dengan alam, agar kembali `Harmoni`.

Fie, yang kusebut makhluk Tuhan yang `aneh`, yang menolak untuk diketahui No. ponselnya apalagi alamat jelasnya, memang bukan teman biasa dimataku. 
Aku mengenalnya disebuah jejaring internet bernama fesbuk. Dia sering mengupload lagu-lagu barat, dan kebetulan aku suka dengan lagunya, entah kebetulan atau bukan, yang jelas, kami seperti memiliki kesamaan satu sama lain, taruhlah kami sama-sama penyuka seni, lantas kamipun berteman.

Suka tidak suka, mau tidak mau harus kuakui dia memang telah banyak membantuku, mengubah cara hidupku menjadi lebih baik, meski sungguh tak sesederhana itu.
Aku harus berulang kali terhempas, dan duel debat dalam diam pun bergulir satu persatu, perlahan lahan membuka simpul tali ketidak-pengertianku selama ini.

Ia adalah `mataharihatiku`, bening bagai air, mengalir begitu saja ..

Tempo hari ia pernah bilang.
"Kuasai hatimu, jadilah kapten bagi diri sendiri, maknai sejumlah tanda. Tanda-tanda yang baik adalah saat kamu mampu mengakui sekaligus menekan ego diri, mengikis habis penyakit hati." 

CINTA yang terbaik untukmu dari seseorang ialah harus mampu membuatmu menjadi seorang (yang lebih baik ) tanpa harus mengubah dirimu menjadi orang lain

Dan kini aku ingin bilang...
" Fie, aku bukan mengkultuskanmu, kamu sungguh baik, aku akan selalu mengingatmu, sampai kapanpun, semoga Allah Ta`alla berkenan mempertemukan kita dikehidupan yang akan datang. Aamiin.
Jadikan saja aku sahabat akhiratmu.... "




 

Uneq-uneg

Kenapa siiiiiih aku harus bolak balik terusik, padahal aku hanya ingin menulis, menulis dan menulis, tak lebih.
Syukur-syukur jika manfaat bagi umat, aamiin ya mujib. 
Rasanya hampir setiap orang pernah mengalami sakit hati, sammaaaa, aku jugaaa..heu.!
Daripada ngegosip hal yang gak penting mending aku teruuus nulis ..

Bismillahirohmannirohiiim .. 
 
Setiap orang punya cara untuk membebaskan kekuatan hati ini agar `teu tisoledat` lagi.
`Nyeri hate`  ini aku harapkan dapat berfungsi sebagai terowongan dimana aku bisa melalui semua masalah tersebut menuju ke sisi lainnya kemudian swiiiiiiiiing terbang bersama  kebebasan hati, dan ......
Memaafkan .....

Memang butuh jiwa yang besar untuk memiliki hati yang lapang dan menerima segala masalah penyebab sakit hati ini.
Gak ada yang salah dengan rasa `nyeri hate`, semua orangpun pernah mengalami.
Langkah pertama agar tak sakit hati adalah : 
`Tidak menyalahkan orang lain`

Orang lain tidak bertanggung jawab untuk perasaan kita, namun kitalah yang bertanggung jawab untuk menjaga perasaan sendiri. 
Dan sepertinya ....

Kebiasaan mengatakan 'mereka sudah menyakiti perasaanku', justru sebenarnya kita telah melakukan pembenaran pada diri sendiri. hohohoho ...( ini salah cuy), penilaian beginian malahan menjadikan  perasaanmu semakin terluka ..... hiks hiks hiks.

Melukai diri sendiri bisa menyebabkan kita merasakan sakit berkepanjangan. Lantas menyimpan perasaan sakit untuk jangka waktu yang lama inilah yang menyebabkan adanya masalah lain dalam diri kita sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain. 

Sakit hati berkepanjangan bisa juga berubah menjadi dendam, nauzubillahimindzalik akh .. 
Yang jelas,  untuk mengatasi hal ini, kita tuh harus sadar bahwa 
Kita tidaklah lebih kuat dari kekuatan hati kita sendiri, namanya aja manusia je ... 
Keberadaan hati kan siklusnya naik turun ... 

Jadi ? 
Gak salah kok, jika kita ingin mengekspresikan rasa sakit ini dengan  berbagai cara, misalnya dengan menangis, berteriak, atau bercerita kepada sahabat Anda. atau nulis di blog ...heuheu.
Meskipun kita membutuhkan sedikit waktu untuk menyembuhkannya. 
Artinya.
Jangan biarkan perasaan ini membuat hidup kita justru terganggu, yuuuk belajar menerima masalah sakit hati dengan ...
`Belajar dari kesalahan, belajar menahan emosi .. 

Emosi dan intuisi memiliki sumber yang dekat sekali di kedalaman otak. Namun lelah secara fisik dan pikiran bisa menyebabkan malapetakan dalam intuisi.
Karena kita bisa terjebak dalam situasi kuatir berlebihan, atau bhkan cenderung ber shu`udzon ria.

 Apa sih intuisi itu?
Intuisi merupakan suatu kebutuhan, karena tidak semua masalah dapat dijelaskan hanya deng
an logika. Intuisi adalah kekuatan yang dengan cepat utk menyadari bahwa akan ada “sesuatu”

Mengambil keputusan berdasar intuisi adalah merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari dari pengalaman, yang diperoleh dari proses berpikir, dengan cara mengolah informasi yang akurat dan relevan.
Yang pasti, Intuisi adalah :
Pelayanan unik dari kecerdasan IQ dan EQ kita sendiri.

Mau coba? yuuk kita belajar pinter menyikapi persoalan hidup, belajar meraih hidayah Allah yang bertebaran dimuka bumi ini. 
Isyarat2 halus Allah itu ada dan bertebaran di hadapan kita, persoalannya adalah kita mau gak mengambilnya.

~based of true story~