Banyak hal yang bisa menjatuhkan kita. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkan kita adalah sikap kita sendiri.

Jumat, 10 Agustus 2012

Mata, Perdebatan Dan Makna Kehilangan


Terakhir aku melihatmu benar –benar menangis sekitar tahun 2008, ketika lelaki kecilmu `menolak` pulang ke pelukanmu, fantastis sekali..! 

Aku bahkan sempat berulang kali tertegun, saat matamu memerah usai menangis diam-diam dikamar.

Lelaki memang nyaris sulit terlihat menangis..! 
Dan kini aku tahu, salah satunya adalah kamu..
Kurasa tak perlu lagi aku `menjewer`mu, untuk melihatmu menangis lagi, sebab ini adalah sebuah pengecualian. 

Kubilang sebuah pengecualian karena itu akan berarti selamanya kamu tak akan lagi melihatku.. 

Maukah? 

Lelakiku,
Mari aku bisikkan sesuatu, `sebenarnya aku tak tega kepadamu`, terlebih jika teringat puisi yang sengaja kubuat untukmu kala itu, tapi …

Aku risi melihat matamu..! matamu kini kerap memerah, bukan karena sebab menangis, melainkan merah karena penuh aroma kemarahan, kebencian, tanpa sebab.

Tahukah kamu? kini aku kerap merindukan kamu untuk menangis..
Menangis  akan sesuatu.

Sesuatu yang dulu sempat menjadikan kamu menangis hebat empat tahun yang lalu, 
Ia adalah azaa wajala, yang sempat menghukummu, untuk merasakan, menggugurkan keangkuhanmu.

Baru kusadari betapa sesungguhnya hatimu kini kembali membatu, `keras bagai batu`, sebaliknya kamu malah membiarkan sesuatu yang buruk tumbuh subur, bergerak cepat seluruh tubuhmu. .

Mata dan perdebatan nyaris menjadi barang mainan, yang sebentar-sebentar kamu mainkan, terus berulang-ulang.
Matamu memerah, marah, menakutkan, membingungkan, meresahkan hatiku yang separuhnya telah `patah`.
Sungguh, jika kini aku meminta Allah untuk membuatmu menangis lagi, semata karena aku kasian kepadamu..

Lelakiku,
Ingat-ingat pesanku ini...

“Tatkala mata telah mengalami kekeringan disebabkan tidak pernah menangis karena takut kepada Allah ta’ala, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya keringnya mata itu adalah bersumber dari kerasnya hati. 
Dan hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras.”

Ketahuilah, Syaikh As-Sa’di rahimahullah pernah menjelaskan bahwa kerasnya hati ini termasuk hukuman paling parah yang menimpa manusia (akibat dosanya).

Apakah kamu memilih bagian yang ini? semata karena gandrung pada :
* Berlebihan dalam berbicara
* Melakukan kemaksiatan atau tidak menunaikan kewajiban
* Terlalu banyak tertawa
* Terlalu banyak makan
* Banyak berbuat dosa
* Berteman dengan orang-orang yang jelek agamanya.

Lelakiku, 

Tahanlah lisanmu, lihatlah sebuah ruang baiti jannati telah kusiapkan untukmu, pasti akan  terasa luas untukmu, disinilah kuharapkan kamu menangisi kesalahan-kesalahanmu, kelak.
Di ruang baiti jannati inilah kelak kamu akan kutinggalkan, kubiarkan, untuk benar-benar kembali menangis.
Agar kamu memahami betapa berartinya makna sebuah `kehilangan`. 


Catatan :  Hasil curhatan selama Ramadan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar