Terakhir aku
melihatmu benar –benar menangis sekitar tahun 2008, ketika lelaki kecilmu
`menolak` pulang ke pelukanmu, fantastis sekali..!
Aku bahkan
sempat berulang kali tertegun, saat matamu memerah usai menangis diam-diam dikamar.
Lelaki
memang nyaris sulit terlihat menangis..!
Dan kini aku tahu, salah satunya
adalah kamu..
Kurasa tak
perlu lagi aku `menjewer`mu, untuk melihatmu menangis lagi, sebab ini adalah
sebuah pengecualian.
Kubilang
sebuah pengecualian karena itu akan berarti selamanya kamu tak akan lagi
melihatku..
Maukah?
Lelakiku,
Mari aku
bisikkan sesuatu, `sebenarnya aku tak tega kepadamu`, terlebih jika teringat
puisi yang sengaja kubuat untukmu kala itu, tapi …
Aku risi
melihat matamu..! matamu kini kerap memerah, bukan karena sebab menangis,
melainkan merah karena penuh aroma kemarahan, kebencian, tanpa sebab.
Tahukah
kamu? kini aku kerap merindukan kamu untuk menangis..
Menangis akan sesuatu.
Sesuatu yang
dulu sempat menjadikan kamu menangis hebat empat tahun yang lalu,
Ia adalah
azaa wajala, yang sempat menghukummu, untuk merasakan, menggugurkan
keangkuhanmu.
Baru
kusadari betapa sesungguhnya hatimu kini kembali membatu, `keras bagai batu`,
sebaliknya kamu malah membiarkan sesuatu yang buruk tumbuh subur, bergerak
cepat seluruh tubuhmu. .
Mata dan
perdebatan nyaris menjadi barang mainan, yang sebentar-sebentar kamu mainkan,
terus berulang-ulang.
Matamu
memerah, marah, menakutkan, membingungkan, meresahkan hatiku yang separuhnya
telah `patah`.
Sungguh,
jika kini aku meminta Allah untuk membuatmu menangis lagi, semata karena aku
kasian kepadamu..
Lelakiku,
Ingat-ingat
pesanku ini...
“Tatkala
mata telah mengalami kekeringan disebabkan tidak pernah menangis karena takut
kepada Allah ta’ala, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya keringnya mata itu
adalah bersumber dari kerasnya hati.
Dan hati yang
paling jauh dari Allah adalah hati yang keras.”
Ketahuilah, Syaikh
As-Sa’di rahimahullah pernah menjelaskan bahwa kerasnya hati ini termasuk
hukuman paling parah yang menimpa manusia (akibat dosanya).
Apakah kamu
memilih bagian yang ini? semata karena gandrung pada :
* Berlebihan
dalam berbicara
* Melakukan kemaksiatan atau tidak menunaikan kewajiban
* Terlalu banyak tertawa
* Terlalu banyak makan
* Banyak berbuat dosa
* Berteman dengan orang-orang yang jelek agamanya.
* Melakukan kemaksiatan atau tidak menunaikan kewajiban
* Terlalu banyak tertawa
* Terlalu banyak makan
* Banyak berbuat dosa
* Berteman dengan orang-orang yang jelek agamanya.
Lelakiku,
Tahanlah
lisanmu, lihatlah sebuah ruang baiti jannati telah kusiapkan untukmu, pasti
akan terasa luas untukmu, disinilah
kuharapkan kamu menangisi kesalahan-kesalahanmu, kelak.
Di ruang
baiti jannati inilah kelak kamu akan kutinggalkan, kubiarkan, untuk benar-benar
kembali menangis.
Agar kamu
memahami betapa berartinya makna sebuah `kehilangan`.
Catatan : Hasil curhatan selama Ramadan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar