Untuk bisa paham akan diri sendiri, kayaknya kita wajib memetakan lagi diam-diam seluruh kekurangan diri, sekaligus berusaha melupakan kebaikan yang tlah menebar.
Kurasa kita sepakat, bungkus itu gak penting, yang penting isi..! Sebab bungkus bisa mengelabui, nyaris seperti orang berdagang, kecenderung ngibul berulang kali menggoda , itu pasti..!
Itu sebabnya my mursyid kerap
mengingatkanku.
“Lebih baik diam atau tinggalkan..!”
Bergeser sedikit saat melihat sesuatu
yang sulit untuk dipahami, agar materi penglihatan meluas, menggiring kita pada
kesepakatan diri agar tetap bersikap bijaksana.
Beginilah seharusnya kita …
Paham itu mahal, memang benar, karena
paham tak sekedar mengerti akan diri ini (terutama) tapi juga mengerti kenapa
orang lantas masih mampu tersenyum disaat nyata-nyata ia sedang terserang virus
hati.
Tetap ada bedanya, kwalitas dan
kwantitas..!
Biasanya si the beast itu lebih
memilih kwantitas, maksaaaa banget berarogan ria, maksaaa banget bernarsis ala
udik yang jauh dari etika hidup, jauh dari bualan lisan, jauh dari bualan
kata-kata indah nya sendiri, karena semua nya bertujuan sammaaa, yaitu
penghancuran diri sendiri secara perlahan-lahan. Dengan tetap mengedepankan
sekawanan energy buruk yang bersarang di hati..
Gagal paham telah membutakan nuraninya
sendiri, melupakan unsur kebaikan yang disisakan Allah kepada kita.
Kalau seseorang memahami, sisi buruk dan
sisi baik yang ada dalam diri ini, indikatornya sama, tentunya ia PAHAM
bagaimana ia harus bersikap. Tentunya ia akan berjibaku melawan sisi buruknya
sendiri, berperang badar secara shahih dimata Allah.
Sekali lagi aku mau bilang, bungkus itu `Gak
Penting` , karena sejatinya jiwa yang baik akan mengiring sendiri kemana kita
harus melangkah.
Ketaqwaan kita pada Allah Ta`alla adalah sesuatu yang amat pribadi.
Dan yang pasti Allah Ta`alla yang Maha Halus dan Lembut tak akan salah memilih.
Melibat Allah dalam setiap helaan napas
kita jauh lebih penting ketibang urusan apapun yang ada dimuka bumi ini.
Dia lah yang pada akhirnya akan
membukakan mata hati ini, untuk memahami segalanya TERMASUK mencoba memahami
kenapa masih saja banyak berkeliaran
sosok-sosok aneh, yang hidup seperti robot, gampang terbujuk syaithon, dengan
menu pilihan
“Menyakiti sesama tanpa rasa”
Masih mau mencoba bersikap
aneh-aneh?
Duuuh kasian amat kamu … !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar